Cacing

Posted by Unknown on Selasa, 10 Maret 2009

Dalam kehidupan sehari-hari cacing dikenal sebagai hewan yang bertubuh kecil, panjang, dan tidak mempunyai kaki. Tetapi, pemahaman seperti ini masih belum spesipik atau masih bersifat umum. Ciri-ciri umum yang dimiliki cacing diantaranya bertubuh memanjang, simetri bilateral, dengan struktur tubuh primitive. Tidak ada yang bersifat metameri, banyak diantaranya bersifat parasit.

Setelah dipelajari secara lebih mendalam, dengan memperhatikan ciri-ciri yang miliki, persamaan dan perbedaan yang dimiliki cacing, maka cacing dapat di kelompokan menjadi tiga filum, yaitu : Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan Annelida.

Platyhelminthes
Platyhelminthes berasal dari dua kata, yaitu : platy = pipih dan heminth = cacing. Platyhelmintes disebut juga cacing daun dan umumnya bertubuh pipih. Platyhelminthes bersifat tripoblastik atau tersusun dari tiga lapisan tubuh yaitu ectoderm, mesoderm, dan ectoderm. 

Walaupun platyhelminthes bersimertri bilateral, namun platyhelminthes mempunyai sistim ekskretorius, saraf, dan refroduksi yang mantap. Sistim sarafnya membentuk sistim tangan tali, dengan sebasang kumpulan badan sel saraf (ganglian) didaerah anterior dan simpulnya membentang ke posterior.

Platyhelminthes ini bersifat hemafrodit. Sebagian anggotanya ada yang parasit pada hewan dan manusia, dan sebagian ada yang hidup sebagai cacing planarian dan cacing nemertian. Cacing planarian hidup di air tawar, sedangkan cacing nemertian hidup di laut dan terkenal dengan nama cacing ikat pinggang.

Platihelminthes dibagi menjadi tiga kelas, yaitu :

1. Turbellaria (Cacing Berambut Getar)
Cacing yang termasuk turbellaria memiliki epidermis yang bersilia, mulutnya terletak di ventral, dan tidak bersegmen. Cacing turbellaria hidup dalam air laut, tawar, dan daratan yang basah, kelompok cacingini jarang yang bersifat parasitis. Contoh : Planaria sp (Dugesia sp), Planosera sp, dan Convotura sp. 

2. Trematoda (Cacing Isap)
Semua anggota trematoda hidup sebagai parasit, terutama pada vertebrata. Tubuhnya tidak bersilia, tetapi dilapisi katikula. Tubuhnya seperti daun dengan dua alat penghisap, yaitu batil isap mulut dan batil isap perut. Sebagian cacing yang termasuk anggota trematoda hidupnya sebagai ektoparasit (pada ikan), dan sebagian hidup sebagai endoparasit pda jaringan tubuh vertebrata. Contoh : Fasciola hepatica (parasit pada domba), Fasciola gigantika (parasit pada sapi), dan Clonorhis sinensis (parasit pada manusia). 

Seperti yang kita ketahui bahwa platihelminthes bersifat hemaprodit maka cacing ini juga bersifat hemaprodit. Contoh, Fasciola hepatica dewasa bertelur dalam dalam kantong empedu dan saluran empedu domba, kemudian keluar bersama tinja. Dalam air mirasidium menetas, lalu memasuki tubuh inang perantara dalam hal ini yaitu siput air tawar (Lymnaea auricalis rubiginosa), dalam tubuh siput miridium berubah menjadi sporokista. Dengan cara paedogenesis, dalam tubuh sporokista terbentuk redia, redia dengan cara paedogenesis pula membentuk serkaria yang berekor. Serkaria berekor keluar dari redia, berenang, dan menempel pada tumbuhan air dan menjadi kista, kemudian kista itu termakan domba bersama tumbuhan air. 

3. Cestroda (Cacing Pita)
Semua anggota cestroda (cacing pita) hidupnya bersifat endoparasit pada saluran pencernaan (usus) vertebrata. Tubuhnya tidak mempunyai epidermis, tetapi ditutupi dengan katikula, tidak ada trankus digentivus, dan tidak mempunyai mulut. Tubuhnya terdiri dari segmen-segmen (proglotida) dan kepala (skoleks). Pada skoleks terdapat alat penghisap. Beberapa segmen gravida sering lepas dari stobila, peristiwa ini disebut apolitis. Cestropoda bersifat hemprodit. Contoh : Phyllobothrium sp (parasit pada Elasmobrabnci) dan Protochephalus sp (parasit pada ikan air tawar, ampibi, dan reptilia) 

Daur hidup Taenia sp : Apabila proglotid yang telah mempunyai telur yang telah matang, maka akan terlepas dari Taenia sp dan akan keluar bersam tinja manusia, apabila proglotid termakan sapi atau babi maka akan masuk ke dalam usus, selanjutnya diding proglotid pecah dan embrio cacing akan keluar dan berkembang menjadi Heksakant. Heksakant akan menembus diding usus, kemudian tinggal dalam otot dan berkembang menjadi sistisercus. Sistisercus termakan manusia pada daging sapi atau babi. Maka berulanglah daur hidupnya. 

Peranan plathyhelminthes bagi manusia baik secara ekonomi ataupun kesehatan tidak ada yang menguntungkan, bahkan merugikan. Seperti yang telah di uraikan diatas. 

Nemathelminthes
Nemathelminthes berasal dari dua kata yaitu nema = benang dan helminth = cacing. Anggota filum ini pada umumnya bertubuh giling atau berbentuk benang. Anggota filum cacing ini diantaranya ada prasit pada tanah dan merusak akar tanaman, parasit pada saluran pencernaan makanan vertebrata atau pada organ-organ yang lainya.

Tubuh nemthelminthes ditutupi dengan katikula dan tidak bersilia, simetris bilateral, pada umumnya silindris / bulat panjang, tidak ada segmen, tidak hemaprodit (tiap individu memiliki satu alat kelamin), terdapt mulut dan anus, dan tripablastik.

Nemathelminthes dibagi kedalam dua kelas, yaitu :

1. Nematoda
Pada nematoda telah ditemukan otot disebelah luar selom, tetapi bukan berbentuk sel epitel. Nematoda sama sekali tidak mempunyai silia, telah mempunyai usus dan saluran pencernaan, tetapi tidak mempuyai organ pernapasan dan peredaran darah. Sistim sarafnya terdiri dari cincin anterior yang mengelilingi esophagus, batang saraf dorsal dan ventral, dan saraf-saraf kecil. Kebanyakan nematoda diesius, yaitu ada jantan dan betina. Sistim refroduksi jantng terdiri atas testis, vas deferens, vasikula seminalis, duktus ejakulatorius, dan spikula yang berpungsi sebagai penis. Sedangkan pada betina terdiri tas ovarium, oviduk, dan uterus. Dua uterus bersatu dibagian vagina dan terbuka sebagai vulva. Contoh : Ancylostoma caninum (pada anjing) dan Askaris lumbricoides (pada manusia)

2. Achanthocephala 
Cacing ini disebut juga cacingberkepala duri, karena pada ujung anterior cacing ini terdapat probosis yang berkait (duri), cacing ini juga bertubuh giling. Semu anggota kelas ini parasit pada usus vertebrata, dan menggunakan insekta sebagai inang sementara. Pada cacing initerdapat pseudosoelum dan sistim ekresi, tidak mempunyai organ pencernaan, perdaran darah dan pernapasan. Cacing ini diesius. 

Contoh : Neoechinorhynchus emydis (parasit pada penyu, insekta, dan crustesea) dan Macracanthorhyncuhus sp (parasit pada babi).

Peranan nemathelminthes bagi kehidupan manusia secara ekonomi tidak ada yang menguntungkan bahkan merugikan. Nemathelminthes ada yang parasit pada manusia, tanaman, dan hewan.

Annelida
Anelida berasal dari kata annulus = cincin. Annelida adalah cacing yang paling tinggi tingkatanya dibandingkan dengan filum-filum cacing yang lain. Yang membedakan annelida dengan filum cacing lain yaitu rongga tubuhnya, segmentasi yang berupa metemeri, sistim saraf dan bagian tubuh lainya.

Tubuh annelida simetri bilateral, tripoblastik, pada bagian anterior terdapat ruas pra oral, terdapt rongga tubuh, tubuhnya dilapisi katikula, terdapat sekat chitin pada rongga tubuhnya, sistim sarafnya tangga tali dan hermaprodit.

Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu :

1. Pholychaeta
Cacing pholychaeta tubuhnya memiliki banyak rambut / chaeta, gonochorist gonadnya tidak sempurna, dan fertilisasi ekternalnya dengan trachophor. Cacing ini juga bisaberkembang biak dengan vegetatif, yaitu dengan membentuk kuncup atau tunas. Panjang tubuhnya 5-10 cm tetapi beberapa jenis ada yang berukuran 1 cm. Cacing ini segmentasinya sangat baik tiap segmen memiliki parapodia (semacam kaki yang berdaging) dibagian lateral tubuhnya, rahang, dan mulut. Selain itu juga pholycheta pada anteriornya memiliki mata, tentakel mulut, dan rahang. Ototnya memanjang dan melingkar, sehingga pergerakannya dengan meliuk-liuk. Contoh : Lysidice sp (cacing Wawo), Eunice viridis (cacing Pololo), dan Sabella pavonia (cacing Kipas). 

2. Olygochaeta
Anggota kelas cacing ini memiliki segmen tubuh bagian luar dan dalam yang menyatu, tidak mempunyai kepala dan parapodia, pada beberapa jenis ada yang memiliki insang, cacing ini hermaphrodit dengan gonad yang sedikit, dan memiliki citellum (kulit yang menebal). Cacing ini menggunakan citellum sebagai penghasil coccom yang digunakan untuk membungkus telur. Habitat cacing ini pada umumnya hidup di air tawar atau tanah. Contoh : Tubifex sp, Enchytraeus sp, dan Perichaeta musica. 

3. Hirudine
Hirudine atau lintah tubuhnya memiliki pigmen, tubuhnya apabila dalam keadaan kosong berbentuk pipih, tiap ujung dari tubuhnya memiliki alat penghisap, tidak memiliki paradopora atau tentakel, bersifat hermaphrodit, segmen-segmen tubuhnya terlihat jelas pada umumnya memiliki 34 segmen, dan yang menjadi cirri khas dari kelas ini yaitu memiliki zat pembeku darah (anti koagulasi) sehingga darah darah yang dimakan tidak akan membeku.

Peranan annelida dalam kehidupan manusia, berbeda dengan kelas-kelas sebelum annelida yang pada umumnya tidak ada yabng menguntungkan, tetapi annelida tidak banyak merugikan bahkan ada yang menguntukan. Cacing Wawo (Lysidice sp) dan cacing Palolo (Euniceu viridis) merupakan sumber protein hewani. Bahkan di Filifina cacibnhg dibnrudi datyakabn rubntyruk dijadikan sumber pangan. Selain itu juga cacing bisa mempercepat mineralisasi dan secara tidak langsung menghasilkan humus (pupuk) penyubur tanah

More aboutCacing

Geosper

Posted by Unknown on Kamis, 12 Februari 2009

Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu di muka bumi dan kami sediakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikit kamu yang bersyukur” (Al-A’raf :10 )

Geosfer atau bumi yang padat adalah bagian atau tempat dimana manusia hidup dan mendapatkan makanan, mineral-mineral, dan bahan-bahan yang dikenal sumber daya alam. Diperkirakan geosfer mempunyai kapasitas penyangga yang tidak terbatas terhadap gangguan manusia. Tetapi sekarang diketahui cukup ringkih dan dapt rusak karena aktivitas manusia. Sebagi contoh penambangan milyaran ton mineral bumi.

Fenomena atmosfer yang berpotensi menyebabkan perubahan besar pada geosfer adalah konsentrasi CO2 di udara yang berlebih dan hujan asam. Kelebihan CO2 dapat menyebabkan pemanasan global yang selanjutnya dapat merubah pola curah hujan secara signifikan dan merubah daerah produktif di bumi menjadi daerah gurun. Kadar curah hujan (kadar konsentrasi air dalam tanah) mempengaruhi terhadap kesuburan tanah atau produktifitas tanah, Allah dalam Al-Quran telah menyatakan bahwa untuk menghidupkan tanah yang mati (gersang/tidak subur) adalah dengan air (air hujan) :

... وما انزل الله من السماء من ماء فأحيابه الارض بعد موتها وبث فيها من كل دابة ... (النحل :۱۰)
“… Dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi setelah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan ...” (An-Nahl : 10)

Iklim dapat dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan makhluk lainnya di permukaan bumi. Pengaruh secara langsung adalah melalui perubahan albedo, yang didefinisikan sebagai persentase direfleksikanya radiasi sinar matahari oleh permukaan air.

PH rendah yang menjadi ciri hujan asam dapat menyebabkan perubahan yang drastis dalam gaya larut kecepatan oksidasi-reduksi mineral. Erosi disebabkan oleh penanaman secara intensif pada tanah yang dapat menyebabkan pencucian lapisan atas tanah secara berlebihan pada tanah pertanian yang subur setiap tahunnya.

Salah satu pengaruh terbesar dari manusia terhadap geosfer adalah terjadinya daerah gurun karena penyalah gunaan lahan dengan curah hujan yang kecil. Proses perubahan suatu daerah menjadi gurun terjadi karena menurunnya kadar air tanah, salinasi lapisan atas tanah dan air, berkurangnya permukaan air, erosi tanah yang tinggi dan perusakan vegetasi asli.
More aboutGeosper

Mempertahankan Kesuburan Tanah

Posted by Unknown

Jumlah penduduk Indonesia terus meningkat, sehingga kebutuhan pangan terus bertambah. Sedangkan luas lahan produktif relatif tetap atau bahkan menyusut. Lahan-lahan yang bagus di Jawa dialihfungsikan menjadi pemukiman atau kawasan industri. Peningkatan produksi dapat dilakukan melalui intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas atau ekstensilikasi untuk mendapatkan lahan barn. Kunci utama dan kedua hal tersebut adalah bagaimana memelihara atau meningkatkan status kesuburan tanahnya.

Hubungan antara kesuburan tanah dengan keadaan lingkungan dapat digambarkan sebagai berikut : Hara dapat bergerak menuju badan air permukaan atau air dalam tanah. Hal ini disebabkan bentang lahan saling berhubungan, lahan pertanian tidak terpisah dan lingkungan di sekitarnya. Pengelolaan hara yang buruk, misalnya pemupukan yang berlebihan, pengelolaan rabuk yang sembarangan, akan menimbulkan pencemaran lingkungan.

Sementara itu agar kondisi tanah bisa dipertahankan, tanah pertanian harus selalu ditambah bahan organik minimal sebanyak 8 - 9 ton per 1 ha setiap tahunnya. Lalu dari mana dan bagaimana mendapatkan bahan organik untuk memenuhi kebutuhan tersebut? Berikut ini beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan bahan organik:

1. Pengembalian sisa panen
Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2 - 5 ton ha-1, sehingga tidak dapat memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum. Oleh karena itu masukan bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan.

2. Pemberian kotoran hewan
Kotoran hewan atau pupuk kandang bisa berasal dari hewan peliharaan seperti sapi, kerbau, kambing dan ayam, atau juga bisa berasal dari hewan liar seperti kelelawar dan burung. Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan seringkali sulit dilakukan karena memerlukan tenaga dan biaya transportasi yang banyak. Bahkan di beberapa daerah sulit didapatkan kotoran hewan karena jumlah hewan yang dipelihara oleh penduduk sangat sedikit.

3. Pemberian pupuk hijau
Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau pepohonan dalam larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah dari keluarga kacang-kacangan (LCC = legume cover crops) dapat memberikan masukan bahan organik sebanyak 1.8 – 2.9 ton ha-1 (umur 3 bulan) dan 2.7– 5.9 ton ha-1 untuk yang berumur 6 bulan. 

Konsep pembangunan berkelanjutan terus digalakkan agar kegiatan pertanian senantiasa menguntungkan, aman, lestari dan ramah lingkungan. Perlu penyusunan rekomendasi pemupukan terpadu yang bersifat spesifik lokasi disesuaikan dengan komoditas yang diusahakan dan lahan tempat usahanya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan..

Beberapa alasan kenapa harus memupuk:
  • Aplikasi pupuk terhadap hara yang diketahui menjadi faktor pembatas, akan meningkatkan hasil.
  • Pengusahaan tanaman dengan hasil tinggi (high yielding), membutuhkan tanah yang subur secara berkesinambungan.
  • Hara yang diserap oleh tanaman harus digantikan.
  • Penggunaan pupuk yang tepat akan meningkatkan keuntungan ekonomi
More aboutMempertahankan Kesuburan Tanah

Menggembalikan Kesuburan Tanah

Posted by Unknown on Rabu, 11 Februari 2009

Pada saat ini banyak macam usaha pengelolaan tanah masam yang dapat di-temukan di berbagai tempat, di mana masing-masing cara berkembang sesuai dengan kemampuan dan kondisi setempat. Upaya-upaya pengelolaan tanah ditujukan untuk menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan keberlanjutan suatu sistem usaha tani, yaitu mempertahankan produksi tanaman dari waktu ke waktu, mengontrol erosi dan mengatasi serangan hama, penyakit dan gulma.

Pada prinsipnya ada tiga kelompok cara penanganan masalah tanah masam yang berhubungan dengan pengelolaan kesuburan tanah, yaitu cara kimia, cara fisik-mekanik dan cara biologi. ketiga cara tersebut seringkali diterapkan secara bersama-sama.

1. Cara kimia
Cara kimia merupakan salah satu upaya pemecahan masalah kesuburan tanah dengan menggunakan bahan-bahan kimia buatan. Beberapa upaya yang sudah dikenal adalah pengapuran, pemupukan, dan penyemprotan herbisida.

a. Pengapuran
Pengapuran merupakan upaya pemberian bahan kapur ke dalam tanah masam dengan tujuan untuk menaikkan pH tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), dan menetralisir Al yang meracuni tanaman. Pemberian kapur seperti ini memerlukan pertimbangan yang seksama mengingat pemberian Ca dan Mg akan mengganggu keseimbangan unsur hara yang lain. 

b. Pemupukan dengan penambahan unsur hara
Pemupukan merupakan jalan termudah dan tercepat dalam menangani masalah kahat hara / defisiensi hara, namun bila kurang memperhatikan kaidah-kaidah pemupukan, pupuk yang diberikan juga akan hilang percuma. 

Pada saat ini sudah diketahui secara luas bahwa tanah-tanah pertanian di Indonesia terutama tanah masam kahat unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Oleh karena itu petani biasanya memberikan pupuk N, P, K secara sendiri-sendiri atau kombinasi dari ketiganya. Pupuk N mudah teroksidasi, sehingga cepat menguap atau tercuci sebelum tanaman menyerap seluruhnya. Pupuk P diperlukan dalam jumlah banyak karena selain untuk memenuhi kebutuhan tanaman juga untuk menutup kompleks pertukaran mineral tanah agar selalu dapat tersedia dalam larutan tanah.

Beberapa kelemahan dari pengelolaan tanah secara kimia adalah Pemupukan membutuhkan biaya tinggi karena harga pupuk mahal, Penggunaan pupuk tidak dapat menyelesaikan masalah kerusakan fisik dan biologi tanah, bahkan cenderung mengasamkan tanah, dan Pemupukan yang tidak tepat dan berlebihan menyebabkan pencemaran lingkungan.


2. Cara fisik – mekanik
Penanganan secara fisik dan mekanik terutama ditujukan untuk perbaikan media pertumbuhan perakaran, penanggulangan gulma dan usaha penekanan erosi. Hambatan kedalaman perakaran yang disebabkan oleh adanya lapisan keras dari kerikil (krokos = laterit) mungkin dapat diatasi dengan pembongkaran secara mekanik dengan mengolah tanah dalam (deep plowing) misalnya denganmenggunakan gancu untuk menghancurkan bongkahan laterit tersebut.

Perbaikan media tumbuh tanaman melalui pengolahan tanah dapat memperbaiki pertumbuhan akar tanaman sehingga dapat mengurangi jumlah unsur hara yang hilang karena pencucian.

Pengolahan tanah dapat membantu menggemburkan tanah sehingga memperbaiki perkembangan akar tanaman dan mempercepat proses dekomposisi bahan organik tanah dan mineralisasi hara sehingga memperbaiki pertumbuhan tanaman untuk beberapa tahun. 

Pengelolaan dengan cara fisik-mekanik ini juga memiliki beberapa kelemahan dan kekurangan, di antaranya adalah Pengelolaan secara fisik-mekanik biasanya memerlukan tenaga dalam jumlah banyak dan waktu yang lama, tidak dapat mengatasi masalah kekurangan bahan organik tanah karena jumlah biomas yang diangkut keluar petak lahan melalui panen sangat banyak sementara jumlah yang dikembalikan sangat sedikit. 

3. Cara biologi
Prinsip-prinsip pengelolaan kesuburan tanah secara biologi dikembangkan dari hasil pengalaman yang diperoleh dari sistem hutan alami di mana vegetasi dapat tumbuh subur tanpa tambahan unsur hara dari luar. Hal ini membuktikan bahwa pepohonan berperan penting dalam pemeliharaan kesuburan tanah. 

Sistem hutan alam memiliki siklus hara yang tertutup, di mana hara yang dipergunakan untuk pertumbuhan pohon diambil dari tanah dan pohon juga akan mengembalikan sebagian hara tersebut ke dalam tanah melalui daun, ranting dan cabang yang gugur. Kenyataan yang terpenting pada kondisi hutan ini adalah bahwa jumlah kehilangan hara melalui pencucian, erosi atau aliran permukaan sangat kecil. Oleh karena itu konsep pengelolaan tanah secara biologi adalah meniru sistem tertutup yang dijumpai di hutan.

More aboutMenggembalikan Kesuburan Tanah