Energi dari Sampah

Posted by Unknown on Minggu, 30 Juni 2013

Tahun 2007 Departemen ESDM (sekarang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral) menyatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan produksi minyak bumi nasional yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan minyak di Indonesia. Cadangan minyak Indonesia saat ini hanya tinggal 18 tahun lagi setelah itu kemungkinan besar akan habis. Sehingga perlu dicari energi alternatif yang bisa menggantikan peranan minyak bumi.

Indonesia sebagai negara yang kaya akan keaneka ragaman hayati dan sumber daya alam (SDA), sudah barang tentu memiliki potensi yang besar dalam pengembangan energi alternatif. Energi alternatif yang bersumber dari pengelolaan secara fisik maupun biologis sangat mungkin dikembangkan. Namun mempunyai banyak kendala, salah satunya penggunaan teknologi yang masih terbatas dan kurang maksimal.

Teknologi yang masih berpeluang untuk dikembangkan dalam mencari alternatif bahan bakar adalah bioethanol dan biodiesel. Bioethanol memiliki beberapa kelebihan dibandingkan energi alternatif lainnya. Ethanol memiliki kandungan oksigen yang tinggi sehingga terbakar lebih sempurna, bernilai oktan lebih tinggi, dan ramah lingkungan. Disamping itu material untuk produksi bioethanol cukup melimpah. Salah satu material yang potensial untuk dijadikan bahan baku adalah limbah organik sisa pertanian, sampah pasar dan rumah tangga.

Indonesia sebagai negara agraris yang memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan sebagian besar (45%) penduduknya menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, tentunya memiliki limbah pertanian yang besar pula. Sampai saat ini, pengelolaan limbah pertanian masih terbatas digunakan untuk pakan ternak atau dibakar. Padahal limbah pertanian ini dapat dikembangkan menjadi sesuatu hal yang lebih bermanfaat, salah satunya dapat diolah menjadi energi alternatif berupa bioethanol.

Selain itu masih ada potensi lain yang dapat dikelola dan dikembangkan menjadi bioethanol, yaitu sampah organik kota . Sampah organik kota mempunyai perbandingan sekitar 60% merupakan sayur-sayuran dan 40% merupakan daun-daunan, kulit buah-buahan dan sisa makanan. Tingginya kompisisi sayur-sayuran pada sampak organik, maka hal ini merupakan potensi yang besar untuk dimanfaatkan untuk produksi bioethanol. Sampah yang berupa sayuran dan buah-buahan banyak mengandung pati, gula, dan hemiselulosa, sehingga sangat potensial untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan bioethanol.

Beberapa keuntungan yang didapat dengan mengolah sampah organik menjadi bioethanol, diantaranya:

  • Membersihkan lingkungan. Penggunaan sampah sebagai bahan baku bioetanol, akan menjadi alternatif dalam pengelolaan sampah yang mengotori lingkungan dan meningkatkan nilai ekonomi sampah organik.
  • Tidak bersaing dengan bahan pangan. Tidak seperti bioetanol singkong dan jagung yang sangat mungkin bersaing dengan pangan, bahan baku bioetanol sampah diambil dari sampah yang bukan merupakan bahan pangan manusia.
  • Biaya produksi lebih murah. Bahan baku berupa sampah akan lebih murah daripada bahan baku berupa singkong, jagung atau tetes tebu (molases).
  • Produk sampingan lebih banyak. Pada proses pembuatan bioetanol sampah organik dihasilkan produk sampingan berupa kompos / pupuk organik padat, dimana itu tidak dihasilkan dari proses pembuatan Bioetanol dari bahan baku singkong, jagung atau tetes tebu (molases).




{ 1 comments... read them below or add one }

Unknown mengatakan...

cakep tulisannya. double tumb ^^ Congrats'

Posting Komentar