Allah SWT menciptakan manusia dari tanah, dalam Al-Qur'an surat Ali-Imran ayat 59 Allah mengingatkan manusia tentang asal kejadiannya (Adam) yaitu dari tanah dengan berbagai unsurnya, dan keturunannya diciptakan d ari saripati tanah berupa air mani yang hina, sehingga sepantasnya manusia menyembah Allah yang telah menciptakannya dengan penuh ketawadhuan.
Tugas / kedudukan manusia didunia ini adalah sebagai hamba Allah yang menjadikan Allah sebagai satu-satunya Rabb yang disembah dan sebagai prioritas utama cinta kita, Sebagai khalifah di bumi Kedudukan manusia sebagai wakil Allah di bumi untuk mewujudkan eksistensi Allah di bumi dengan memberi kontribusi mengatur bumi berdasarkan syari'at yang ditetapkan Allah (2:30, 6:65, 33:72), memanfaatkan kekayaan bumi dengan ketentuan Allah (11:61) dan berlaku adil demi kemaslahatan dan kebaikan (57:25, 38:26).
Tujuan penciptaan manusia. Dalam QS 51:56 disebutkan bahwa manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Segala aspek kehidupan seorang hamba Allah seharusnya dilakukan dalam rangka persembahannya kepada Allah SWT dengan niat hanya untuk mencapai keridhaan-Nya. kehidupan dunia hanyalah sebagai perantara saja, kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan diakhirat kelak.
“Bertakwalah kepada Allah menurut ukuran kemampuanmu.” (At-Taghabun 16), Allah memahami betul bahwa setiap diri kita ini memiliki keterbatasan dan dalam keterbatasan itulah kita berIslam.
Perintah dalam Islam itu begitu banyak, ada perintah menuntut ilmu, sholat, shaum, infaq, zakat haji, jihad, dll. dan tidãk semua perintah itu bisa kita lakukan dengan sempurna. Karena itulah di Surga disediakan banyak pintu, Rasulullah saw pernah mengatakan, ketika berbincang dengan Abu Bakar, “Sesungguhnya di surga itu disediakan banyak pintu, dan setiap orang ada yang memasuku pintu shalat, shaum lalu Abu Bakar bertanya, “Adakah orang yang masuk melalui seluruh pintu ?“ Rasulullah saw menjawab, “Ada , dan aim berharap engkaulah salah satunya.”
Setiap diri kita memiliki ‘keterbatasan’ dan Al qur’an mengatakan, “Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya Hanya saja untuk konteks ibadah wajib, tentunya setiap orang akan sanggup melaksanakannya, karena tentunya Allah lebih mengetahui tentang diri kita. Dan dalam perintah Allah pun, ada tingkatannya, ada yang wajib, sunnah, dan ada yang mubah. Rasulullah saw bersabda, “Allah merahmati seseorang yang mengetahui kadar kemampuan dirinya” Sebab dengan mengetahui kadar kemampuan diri, kita bisa memposisikan diri secara tepat dalam berbagai situasi kehidupan.
Jadi, ketika kita memiliki kualitas B (contoh saja), maka yang akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah adalah apakah kita sanggup mendapatkan kualitas B. Tetapi, ketika kita mampu mencapai A dan hasilnya B, mãka selisih A dan B itu dosa. Sekarang masalahnya adalah bagaiamana kita tahu kita sudah optimal atau belum, apakah ada selisih antara A dan B (berdasarkan contoh di atas). Dan itu tergantung dari sejauh mana kita mengenal diri kita. Rasulullah saw, sangat mengenal sahabat-sahabatnya, sehingga ‘the right man on the right job’ dapat terlaksana dengan indah. (ada beberapa contoh kisah sahabat yang mendapat amanah)
{ 1 comments... read them below or add one }
oi.. oi... postingan "pola tidur sehat" nya kagak ada...
Posting Komentar